Minggu, 17 April 2011

Mempertimbangkan Plato

Plato yang rahib dan cendikiawan
Dialah yang seorang dari kupulan kambing zaman purba
Kuda Pegasus yang ditungganginya tersesat di kegelapan filsafat
Dan daki menggunung tinggi
Terpana takjub dirinya oleh idealisme
Sehingga pancaindera tak diperhitungkan
“Matilah!” katanya, rahasia kehidupan:
Pelita jadi benderang bila dipadamkan apinya
Dia kuasai pikiran kita
Anggurnya membuat kita tidur
Dan dia renggut dunia milik kita
Dia adalah kambing berwujud manusia
Jiwa sang sufi tunduk kepadanya
Membumbung dia sampai ke langit sebab kekuatan pikirnya
Dilukisnya dunia seumpama jelmaan dongeng
Kerjanya adalah meporakporandakan tata kehidupan
Da mematah-belah dahan kehidupan yang harmonis
Pikiran Plato mengajarkan kerugian sebagai laba
Filsafatnya mengajarkan sang wujud adalah kenihilan
Fitrahnya trtidur dan menciptaakan mimpi
Mata idenya merealisasikan bayangan
Itu hanya karena dia tak terlibat dalam amal pebuatan
Ruhnya pesona bagi kenihilan
Dia tak percaya pada alam kebendaan
Laku dirinya jadi pencipta gagasan ide
Padahal dunia nyata ini amat indah
Bagi ruh kehidupan sejati
Bernilai luhur bagi mereka yang mati jiwanya:
Yang kijangnya tak bergerak luwes
Yang burung meraknya tak lagi melangkah dengan gaya nan elok
Yang titik embunnya tak kuasa bergetar
Yang unggasnya sudah tak bernyawa
Yang benihnya pun mandul
Yang kunang-kunang tak bercahaya
Demikianlah filsuf kita itu
Yang bingung hendak kemana
Sebab dia tak sanggup menjadi penghunu dunia seperti kita
Dia terangi hatinya dengan nyala api yang hamper padam
Dan dilukisnya dunia ini dengan candu memabukkan
Dan dia tak kunjung pulang ke sarangnya lagi
Khayalnya sirna dalam kendi angkasa
Aku tak tahu apakah itu alas kendi ataukah batu semata
Karena bangsa-bangsa terlena oleh mabuk kepayang filsafatnya dia ngantuk dan tak sedikit tertarik akan amal perbuatan


(Sir muhammad Iqbal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar...