Judul : Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : Bentang
Halaman : 343
Harga : IDR 71.500
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : Bentang
Halaman : 343
Harga : IDR 71.500
If you tired of falling in love,
try to fall in book, sebuah ungkapan pembuka kenapa saya tiba-tiba
mengambil buku pertama dari serial Supernova Dee lestari sebagai sebuah
pilihan. Awal mula berkenalan dengan karya Dee Lestari adalah ketika menonton
film Rectoverso, namun ada perasaan kurang puas, lalu saya baca versi aslinya
(saya memang tipe orang yang selalu tidak puas dengan sebuah film yang
diadaptasi dari sebuah Novel).
Back to the notebook. Lalu apa
sebenarnya cerita yang di tawarkan Dee dalam seri pertama Supernova ini. Kalau
anda membaca sinopsis yang terdapat di cover
belakang novel ini, saya rasa anda tidak akan begitu tertarik dengan novel
ini. Namun jangan sekali kali: judge the
book, only from a synopsis of the back cover.
Pada bagian awal novel, Dee menyajikan sebuah cerita mengenai dua pemuda
Indonesia yang sedang belajar di Amerika, Dimas dan Reuben. Pasangan LGBT.
Diawal perkenalan mereka, Dee mulai menyajikan, menginfiltrasi pembaca dengan
pandangan Post Modernisme nya.
Filsafat Hegelian, Helenisme dan Friedrich Nietzsche mulai dikutip dalam percakapan
kedua tokoh tersebut. Belum selesai dengan filsafat, Dee mulai menggunakan
teori – teori Fisika Quantum, Time
Delution Einstein, Teori kucing Edwin Schrodinger sampai dengan dualisme
elektron Louis de brouglie. Lalu ditengah – tengah cerita kembali Dee
mendiskusikan Sosialisme Karl Marx dan Kapitalisme Adam Smith. Pembaca tentu
dimanjakan dengan beragam teori dan sudut pandang yang digunakan penulis namun
apa relevansi teori – teori tersebut dalam ceritanya. Apakah ia menjadi elemen
fundamental ataukah sebuah gimmick pemanis
cerita? Let me try give my own opinion.
Check this out.
Gaya penulisan Dee yang menggunakan cerita berbingkai menjadikan novel
ini menjadi menarik dari satu sisi namun menjadi kelemahan disisi lainnya.
Menjadi menarik karena Dimas dan Reuben yang diciptakan Dee, kemudian membuat
sebuah cerita baru dengan menciptakan Kstaria (feere), Putri (Rana) dan Bintang
Jatuh (Diva) yang menjadi cerita utama pada Novel ini. Dan menjadi sebuah titik
lemah karena Dee gagal menjelaskan kenapa Dimas dan Reuben bisa menciptakan
kisah ini, apa latar belakang Dimas dan Reuben sehingga Dee tiba – tiba men direct mereka menjadi seorang penulis
profesional.
Lalu bagaimana kisah Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh? Feere sebagai
seorang kstaria merupakan seorang pria sukses bepindidikan Amerika, diusianya
yang menginjak 29 tahun, ia telah menjadi seorang managing director perusahaan multinasional, berwajah tampan bak
selebriti jatuh cinta terhadap sang putri, Rana seorang pimred sebuah majalah,
lulusan universitas negeri ternama, telah memiliki seorang suami, Arwin (yang
tidak diperkenalkan Dee dengan cukup detail). Bintang jatuh, Diva, seorang
perempuan cantik, model, jiwa sosial tinggi, memiliki pekerjaan sampingan
seorang pelacur, Robinhood masa kini.
Feere, sang kesatria jatuh cinta
pada Putri, Rana bermula ketika Feere yang memiliki aktifitas super sibuk
bersedia diwawancarai oleh Rana, Pimred sebuah majalah baru. Disini Dee mencoba
mengaktualisasikan paradoks Einstein dalam ceritanya, dengan membuat Feere yang
terbiasa berfikir terstruktur dan sistematis bersedia diwawancara (yang selama
ini selalu ditolaknya) karena sesuatu yang bersifat intuitif, ketika itu dia
terpesona melihat kupu – kupu diruang kerjanya yang berlantai 56, seketika itu
pula ia pula bersedia menerima permintaan wawancara oleh majalah yang memiliki
lambang kupu-kupu. Dan dimulainya paradoks dalam logika alam pikiran sang
ksatria.
Namun menurut saya, Dee kurang
menjelaskan kenapa sang Putri, Rana jatuh cinta kepada Feere dengan waktu yang amat
singkat, Sehingga Rana memberontak terhadap dirinya sensiri, menghianati
suaminya Arwin, yang lagi – lagi tidak dijelaskan Dee dengan cukup jelas. Apa
perbedaan Arwin dan Feere, sama – sama seorang yang sukses di usia muda, memang
tidak ada deskripsi Tampan yang diberikan Dee terhadap Arwin namun, secara sifat
Arwin memiliki sifat – sifat ksatria dan pemenang layaknya Feere. Dee
mendeskripsikan bahwa Rana menyesal telah menikah dengan Arwin, tidak
dijelaskan kenapa penyesalan itu bisa timbul, apakah karena Rana dan Arwin
dijodohkan, tidak ada penjelasan, Apakah Rana dipaksa menikah dengan Arwin, pun
tidak ada penjelasan. Tiba – tiba Rana, sang putri begitu mudahnya jatuh cinta
hanya karena wajah tampan dan obrolan singkat dengan ksatria.
Paradoks kedua
terjadi, Sang Putri menjadi pemberontak, berselingkuh dengan ksatria dan
melupakan ksatria yang sesungguhnya Arwin. Dan paradoks ketiga dimunculkan,
Bintang jatuh, Diva, perempuan cerdas, berjiwa sosial tinggi, model cantik
namun memiliki pekerjaan sampingan sebagai pelacur kelas atas. Yang pada
akhirnya menjadi sosok pengganti sang Putri.
Pada akhirnya Rana, sang putri kembali
ke suaminya Arwin setelah melakukan perselingkungan dan pengkhianatan besar
terhadap Arwin, yang menurut saya lebih pantas menjadi seorang ksatria sejati.
Dan Feere bersama Diva. Tak banyak konflik yang terjadi kecuali pemberontakan
dalam diri feere dan Rana.
Cerita ini diakhiri penulis dengan menciptakan paradoks dalam paradoks seperti teori yang dikemukakan Eugene Paul Wigner. Diva, sang bintang jatuh yang dalam cerita sesungguhnya merupakan sosok antagonis yang merebut tuan putri dari tangan kesatria berubah menjadi Supernova yang memiliki akses begitu luas akan dunia ini, seolah dunia ini berada dalam genggaman sang Supernova. (Finished).
Cerita berbingkai yang coba dibuat penulis dan beragam teorema fisika quantum yang digunakan penulis terbukti menjadi kekuatan tersendiri dalam cerita ini. istilah - istilah yang digunakan penulis tidak hanya menjadi gimmick yang tak mempunyai relevansi dari cerita namun membuat perubahan - perubahan setiap tokoh menjadi lebih hidup dan tentunya sangat layak untuk dibaca.
Grab it dude!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar...