Lebaran beda (lagi), itu yang dirasakan oleh umat Islam Indonesia pada tahun 2011, banyak masyarakat yang ragu apakah lebaran jatuh pada tanggal 30 atau 31 Agustus. Muhammaduyah berdasarkan perhitungan Hisab Wujudul Hilal telah jauh hari menentukan bahwa 1 Syawal jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011 sedangkan Nu, Persis dan beberapa Ormas Islam lain berdasarkan metode rukyatul Hilal menetapkan bahwa 1 Syawal jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011. Terlepas dari itu Kementrian Agama sebagai pihak yang memoderasi perbedaan tersebut berdasarkan sidang Istbat tanggal 29 Agustus 2011 menetukan bahwa 1 syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011.
Ditengah perbedaan metodologis dalam menentukan perhitungan dalam penanggalan qomariah/Hijriah (berdasarkan letak bulan terhadap bumi), sebenarnya baik cara yang dilakukan oleh Muhammadiyah maupun NU sama benarnya, keduanya bersesuaian dengan Sains (Ilmu Pengetahuan) juga Syariat Nabi Muhammad SAW. Dalam hadist Nabi Muhammad disebutkan "Berpuasalah kamu ketika melihat Hilal dan Berbukalah kamu ketika melihat Hilal" dan dilanjutkan "Jika kamu tidak melihatnya maka genapkanlah puasa mu menjadi 30 hari". Hadist ini jika kita terjemahkan secara tekstual maka kita akan berkesimpulan dengan metode apapun yang pasti awal bulan Hijriah dimulai ketika hilal terlihat mata, menurut laboratorium Bosscha dan kesepakatan kementrian agama hilal tidak akan terlihat oleh mata kalau posisi bulan baru dibawah 2 derajat.
Dengan kesimpulan seperti ini wajar jika NU dan berbagai macam Ormas Islam lainnya yang menggunakan metode rukyatul hilal menentukan bahwa lebaran 1 syawal tahun ini jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011, karena hilal pada saat tenggelamnya matahari 29 Ramadhan menunjukkan posisi sekitar1, 57 derajat. Lalu salahkah metode yang digunakan Muhammadiyah? saya pikir tidak, Muhammadiyah menginterpretasikan hadist nabi diatas dengan mengatakan bahwa berapa derajatpun atau seberapa muda pun posisi bulan baru ketika hilal sudah diatas ufuk maka berarti malam tersebut sudah memasuki bulan baru, mengapa? karena Muhammdiyah beralasan bahwa dizaman Nabi ilmu astronomi belum berkembang pesat sehingga untuk menentukan posisi bulan terhadap bumi tidak bisa ditentukan dengan metode perhitungan matematis, hanya metode pengamatan langsung lah yang dapat dilakukan.
Jadi kedua metode yang dilakukan oleh dua kutub yang berbeda pendapat dalam menentukan awal bulan baru itu sebenarnya sama - sama benar, sama - sama sesuai dengan sains (ilmu pengetahuan) dan sama-sama berdasarkan syariat Nabi Muhammad SAW, jadi saya secara pribadi agak mengkritik Prof Dr Thomas Djamaludin yang mengatakan bahwa metode hisab Muhammadiyah telah out of date, tidak bisa dibenarkan karena terbukti menurut hisab Muhammadiyah posisi hilal pada saat tenggelamnya matahari 29 Ramadhan sekitar 1,53 derajat diatas ufuk dan tepat. Jadi baik Muhammadiyah dengan kriteria wujudul hilal (keberadaan hilal) atau NU dengan Rukyatul Hilal (Terlihatnya hilal) sama - sama benar hanya beda dalam menginterpretasikan hadist Nabi Muhammad SAW.
Semoga kedepan terjadi kesepakatan dalam hal penentuan penanggalan qomariah sehingga penanggalan ini dapat semapan penanggalan Masehi, kapan 1 ramadhan atau kapan 1 syawal, 10 atau 20 tahun kedepan sudah dapat ditentukan saat ini, ini tentunya tugas bersama para cendikiawan muslim untuk ber jihad dalam arti seluas - luasnya, jihad menggunakan kombinasi Aql (akal) dan Zikr (wahyu).
Akhir kata, Taqaballahuminna wa minkum, tanggal 30 Agustus atau 31 Agustus 2011 yang pasti Lebaran tetap jatuh pada tanggal 1 Syawal. Minal Aidin wal Faizin.