Senin, 23 Desember 2013

First Experience: Puncak Gunung Gede Pangrango



“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
(Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran)

Entah apakah setelah membaca inspirasi dari Soe hok gie atau pengalaman Doni Dhirgantoro dalam 5 cm, saya ingin sekali melakukan petualangan untuk menjelajahi puncak gunung, mengenal Indonesia dari dekat, kalaulah boleh meminjam istilah Gie.

Dan tiba – tiba tawaran itu datang, dari seorang sahabat, lalu dengan yakinnya, tanpa pengalaman sedikitpun yang saya punya sebelumnya, dan berbagai keterbatasan waktu, dana dan lainnya, saya langsung mengiyakan ajakan tersebut, mungkin juga kata iya itu keluar karena lagi – lagi terinspirasi dari film Gie, Gie yang memutuskan untuk naik gunung ketika sedang patah hati.

Lalu, persiapan demi persiapan dilakukan, mencari pinjaman sleeping bag, matras, jaket tebal, topi kupluk dan kesemua perlengkapan itu hasil dari pinjeman dari teman – teman, dan tak lupa mencari tiket promo termurah yang ada untuk meminimalisir pengeluaran perjalanan nantinya.

Dan dengan segala macam persiapan yang telah dilakukan, sekitar jam 9 malam bertolak dari setiabudi Jakarta, kita berangkat menuju Sukabumi untuk memulai petualangan, jam 2 malam tiba di dasar kaki gunung gede, dengan kondisi cuaca yang dibawah normal tentunya, dapat teman – teman bayangkan berapa suhu udara yang membuat nafas yang keluar seperti layaknya orang yang merokok.  It was so cool.

Perjalanan dimulai esok paginya ketika matahari tersenyum cerah penuh kehangatan, dan dua hari setelah itu barulah kami dapat kembali menyaksikan kehangatan mentari karena dalam perjalanan menuju puncak gunung gede dan pangrango itu matahari seolah bersembunyi dibalik rindangnya pepohonan dan gumpulan awan yang nampak mendung dan syahdu.

Perjalanan yang pada awalnya seolah berjalan lancar namun terjadi sedikit keanehan, kami tidak pernah bertemu dengan pendaki lainnya yang seharusnya banyak lalu lalang di area pendakian tersebut, ternyata untuk mencapai puncak gunung gede dan gunung pangrango, bisa dilalui dengan berbagai jalur, jalur gunung putri, jalur cibodas dan jalur sukabumi, dan sialnya jalur sukabumi yang kami pilih merupakan jalur terberat diantara ketiga jalur yang ada.

Dengan jalur yang berkelok dan tidak rata ditambah dengan hujan yang mulai turun perlahan, lalu berubah menjadi begitu derasnya membuat pendakian semakin berat, satu persatu tim yang ada mulai mengalami cedera, sehingga hampir setiap orang memikul 2 tas beban untuk membantu mengurangi beban rombongan yang mengalami cedera.

Finally, jam 5 sore kita tiba di alun – alun surya kencana, tempat dimana ketiga jalur pendakian tadi bertemu, berbeda dengan kondisi ketika pendakian tadi, di alun – alun surya kencana ini dipenuhi dengan berbagai pendaki lainnya dengan bergam latar belakang, entah kenapa kita seolah – olah sudah saling kenal padahal baru pertama kali bertemu disana. Mungkin karena rasa persaudaraan itu timbul karena sama – sama merasakan hal yang sama ketika proses pendakian. Untold story.

Perjalanan lalu dilanjutkan keesokan paginya, mengingat sore dan malam itu hujan turun dengan frekuensi yang bersenandung syahdu sampai fajar tiba. Dipagi hari perjalanan dilanjutkan dan syukur alhamdulillah setelah dua jam perjalanan dari alun – alun surya kencana, kita berhasil menggapai puncak gunung.
 
First Experience yang penuh dengan cerita dan kenangan, dan diakhir tulisan ini saya ingin kembali meminjam puisi Gie, "Aku cinta padamu pangrango yang gelap dan sepi, karena aku cinta pada keberanian hidup"


                                                                                                              



Padang Edelweis


Peralatan Tempur


Alun - alun surya kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar...