Minggu, 08 Januari 2012

Review Novel Anak Semua Bangsa

Kalau pada bagian pertama, tetralogi Buru ini, Bumi manusia, merupakan periode penyemaian dan kegelisahan, maka roman bagian kedua ini, Anak Semua bangsa, adalah periode observasi atau turun kebawah mencari serangkaian spirit lapangan dan kehidupan arus bawah pribumi yang tak berdaya melawan kekuatan raksasa Eropa. Dalam Anak semua bangsa, Minke dihadapkan antara kekaguman pada peradaban eropa dan kenyataan di lingkungan bangsanya yang kerdil. Sejak kedatangan Khouw Ah Soe seorang aktivis pergerakan Tionghoa, surat-surat keluarga De La Croix (sarah, Miriam dan Herbert). Teman Eropanya yang liberal, khotbah politik Nyai Ontosoroh, mertua sekaligus guru agungnya, kesadaran Minke tegugat, tergurah dan tergugah.

      Dari Khouh Ah Soe, Minke mendapat ajaran bahwa “ Sepandai – pandai ahli yang yang berada dalam kekuasaan yang bodoh ikut juga jadi bodoh

     Dari Keluarga De La Croix, Minke mendapat rangkaian pikiran tentang kemajuan, kemunduran dan usaha memerangi setan jahat di Eropa, Jawa dan Hindia: “ Inilah jaman modern. Yang tak baru diangap kolot, orang tani, orang desa. Orang menjadi begitu mudah terlena, bahwa dibalik segala seruan, anjuran, kegilaan tentang yang baru menganga kekuatan gaib yang tak kenyang – kenyang akan mangsa. Kekuatan gaib itu adalah deretan protozoa, angka-angka yang bernama modal.

     Dari nyai Ontosoroh, Minke mendapat kepercayaan diri: “ Jangan kau mudah terpesona oleh nama-nama, kan kau sendiri pernah bercerita tentang nenek moyang kita yang menggunakan namanya yang hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatannya—kehebatan dalam kekosongan? Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, ia berhebat dengan ilmu dan pengetahuannya” Tahu kenapa Nak, aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.

      Episode Anak semua bangsa adalah semacam titik balik perjalanan Minke menelusuri kehidupan masyarakatnya dari titik yang paling dekat yang dengan perjalanan itu semangat itu pun terkukuhkan: “Dan Bukan hanya Eropa ! jaman modern ini telah menyampaikan padaku buah dada untuk menyusui aku, ari pribumi sendiri, dari jepang, Tiongkok, Amerika, India, Arab, dari semua bangsa di muka bumi ini.

Sama seperti Novel pertama, Bumi Manusia, Recommended untuk dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar...