Jumat, 01 Juli 2011

Langkah Konkret Penghematan Energi *


Menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia akan dapat menempatkan salah satu negera anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) ini sebagai pengimpor sumber minyak adalah suatu kemunduran yang teramat sangat yang diikuti dengan kelangkaan bahan bakar minyak di berbagai daerah belum lagi wacana yang dilontarkan pemerintah mengenai kenaikan tarif dasar listrik sebagai suatu wacana ancaman bagi masyarakat yang tidak menghemat energi. Ini membuktikan bahwa seruan pemerintah tentang penghematan energi belum menjadi budaya pada masyarakat Indonesia.
Hemat energi seharusnya sudah mulai dibudayakan dengan serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat, pada energi listrik misalnya untuk negara yang beriklim tropis ini Indonesia dianggap terlalu boros dalam penggunaanya, tercatat konsumsi listrik Indonesia pada tahun 2010 591 kilowatt Hour (KWh) per tahun (1), Untuk Negara beriklim tropis sebenarnya penghematan energi bukanlah masalah yang terlalu sulit, sinar matahari yang hampir sepanjang tahun menyinari bumi Indonesia ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan penerangan disetiap pembangunan setiap gedung dan rumah sehingga disiang hari sistem penerangan bukan lagi berbasiskan energi lsitrik melainkan dari sistem penerangan berbasiskan sinar matahari, selain itu pemerintah juga perlu menggalakkan pemakaian teknologi – teknologi terbaru yang lebih hemat energi, semisal pemakaian lampu, sekarang telah hadir teknologi lampu berbasiskan LED (Led Emiting Dioda) yang berbahan semikonduktor yang terbukti secara ilmiah lebih hemat energi ketimbang lampu bohlam CFl biasa, daya 5 Watt pada lampu led dapar sebandinga dengan daya 45 Watt pada lampu bohlam CFL biasa (2),   peralihan ini mungkin memakamn biaya yang cukup besar diawal karena lampu LED memang masih cukup mahal tetapi kalau melihat efek jangka panjang maka itu akan lebih menguntungkan bagi penghematan energi di Indonesia.
Selain masalah pemakaian listrik, pemakaian energi berbahan bakar minyak pun tidak kalah memprihatinkan dari pemakain energi listrik, sebagai negara anggota OPEC, Indonesia terancam menjadi negeri pengimpor minyak, sebuah ironi mengingat negara anggota organisasi penghasil minyak menjadi pengimpor minyak. Masalah ini sebenarnya dapat diatasi bila pemerintah dan masyarakat secara serius memperhatikan masalah ini, kalau dilihat pemakaian energi berbahan bakar minyak terbesar adalah di bidang transportasi betapa tidak jumlah dari kendaraan yang beroperasi aktif di Indonesia baik kendaraan roda empat atau roda dua sudah terlampau melebihi kuota, sejatinya regulasi atau peraturan pemerintah mengenai pembatasan jumlah pengguna kendaraan pribadi tidak bisa tidak harus dikeluarkan, itupun akan menuai protes jika pemerintah tidak serius untuk membenahi sistem transportasi umum yang ada, jadi dapat di tarik kesimpulan dengan pembenahan sistem pelayanan dan keamanan pada sistem transportasi umum yang ada dapat mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, ini secara tidak langsung akan menyebabkan penghematan di bidang sumber energi berbahan bakar minyak ini.
Ketika permasalahan tentang penghematan energi berbahan bakar minyak dan listrik dapat teratasi satu hal pula yang perlu dikembangkan yaitu pembangunan yang berwawasan  teknologi hijau (Green Technology), artinya pembangunan – pembangunan di Indonesia harus mengacu kepada usaha – usaha penghematan energi yang telah dicanangkan bersama. Kita dapat mengacu kepada pembangunan yang telah diterapkan di Inggris misalnya salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik perancangan penghematan energi baik pasif maupun aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British pavillion). Bangunan ini dirancang dengan pertimbangan iklim setempat, yaitu temperatur udara musim panas saat Expo dilangsungkan dapat mencapai 45 derajat Celsius, serta meminimalkan penggunaan energi yang mengemisi karbondioksida.
Beberapa strategi rancangan yang digunakan mengantisipasi kondisi udara ini adalah pertama, menggunakan tabir air pada dinding timur yang berfungsi sebagai filter radiasi matahari pagi untuk pendingin bangunan tanpa menghilangkan potensi penerangan alami pagi hari. Tabir air dijatuhkan dari dinding bagian atas bangunan mengalir di seluruh dinding kaca sepanjang 65 meter ke kolam di dasar bangunan.
Aliran air sebagai tabir dinding kaca berfungsi untuk pendinginan permukaan kaca itu sendiri serta menurunkan temperatur lingkungan di sekitar bangunan secara evaporatif. Humidity udara pada kawasan ini relatif rendah, sekitar 50-70 persen.
Dinding kaca terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik dan berfungsi mengurangi panas matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan temperatur udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius (3).
Pembangunan berwawasan teknologi yang ramah lingkungan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk memulai kehidupan yang lebih dapat menghemat lingkungan, salah satu pilar dari kegiatan energi ini adalah masyarakat karena masyarakatlah sebagai subjek utama dalam hal ini, dibutuhkan gerakan – gerakan social yang akan membidani usaha ini, gerakan – gerakan seperti satu rumah satu pohon, gerekan pencinta sepeda seperti bike to work, gerakan menggalakkan jalan kaki merupakan gerakan yang telah ada dan memiliki peran vital dalam usaha yang mulia ini. Gerakan semacam ini harusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah untuk memberi ruang gerak yang lebih agar dapat mensosialisasikan agenda –agendanya secara maksimal.
Dalam usaha penghematan energi ini ada setidaknya beberapa hal yang perlu kita perhatikan bersama, yaitu pertam peran aktif dan kerja sama antara pemerintah sebagai pembuat regulasi atau aturan dengan masyarakat sebagai subjek utama perlu ditingkatkan. Kedua, diperlukannya kembali usaha peremajaan dibidang teknologi –teknologi yang semakin berkembang untuk ditinjau dari segi ekonomis yang jangka panjang dan pencerdasan kepada masyarakat akan hal itu. Ketiga, diperlukan regulasi / aturan tegas pemerintah dalam hal – hal yang permasalahnya telah mendesak, pembatasannya jumlah pengguna kendaraan pribadi misalnya, yang diikuti dengan perbaikan tranportasi umum yang ada. Ketiga, pembangunan yang berorientasi ramah lingkungan perlu menjadi standar pembangunan yang ada di Indonesia sebagai usaha serius bersama dalam upaya perbaikkan dan penghematan sumer daya alam. Dan keempat, sosialisasi pencerdasan terhadap masyarakat dengan menggandeng berbagai komunitas sosial perlu digalakkan guna mengubah pola piker masyarakat agar dapat bersama – sama menyukseskan program penghematan energi yang telah dicanangkan.
Daftar Pustaka
(1) Jawa Pos.2011. Konsumsi Listrik di Indonesia, Usulkan Tarif Listrik yang Progresif, http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=94125. Diakses tanggal 29 Juni 2011
(3)Redaksi Info Bangunan.-..Bangunan Hemat Energi. http://www.jurnalinsinyurmesin.com/index.php?option=com_content&view=article&id=65. Diakses tanggal 29 Juni 2011

 *Diikutkan dalam Lomba Essay BEM Unsri Se Sumatra Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar...